Berawal dari obrolan ringan di Pondok Pesantren Sidogiri, bersama: Ulin Nashih, Indrajid Dasamuka, Zam Zamee, dan saya sendiri.
Pertemuan di Bilik Suci
U/
Kuajak kau setubuhi kata
menikmati lekuk tubuhnya
R/
Di sini kutunggu kau
menujah punggungku yang patah
dengan belati katamu, dan,
biarkan darah mengalir dari rahim-rahim jiwa
serupa mantra pemuja dalam pelarungan
serupa asap dupadupa yang lebur jadi tunggal warna
lalu, menekuk wajah asing dibalik keliman baju masing-masing
kubawa gemeratak gigi-gigi ceria di bibir telinga
sampai malam menua
I/
Ku berlabuh tuk menyapa
Pada kata yang ku puja
Z/
Dan kita kadang tak tereja jiwa
Membiar masa membunuh buta.
R/
Masih ingat waktu itu; kau hendaki aku berkisah, kisah apa saja, tentang kisahku sendiri, tentang kisah malam dan kelepak anginnya, atau mungkin kisah kecilmu yang belum ku gagahi sebelumnya.
Ku lihat wajah-wajah gemas ingin melumat tubuh yang lekas berkemas.
Kusapa kembali kau dengan kata sederhana namun dari hati yang paling dingin: kata yang pernah kujanjikan dalam pertemuan di bilik suci itu
Semoga rindu yang semakin dendam menggiring kita kembali pada sejengkal ruang di tubuh waktu
Sidogiri-Probolinggo 18 April 2010
No comments:
Post a Comment