Monday, December 5, 2011

Shaina

Shaina

jika hendak kau tahu

tentang kelahiran yang tertunda

maka ialah sosok ibumu

tlah lama ia menganak di batubatu,

diantara kerumitan hidup yang aku genggam.

dari balik pintu ia

menggambarkan

betapa manis senyummu

ketika kau bisa berlari dan tibatiba

memamerkan boneka kecil dari balik punggungmu

''ibu takkan datang, ia terlambat melahirkanku.

ibu lebih cepat pergi, sebelum ayah

menitip benih dirahimnya''.

''nak, hidup memang harus memilih.

datang dan pergi adalah dua kenyataan yang tak bisa kita pungkiri.

tanpa dia, atau aku, kau tetap lahir, lalu membawa kabar yang tertunda

tentang kesucian cinta, dan, ketulusan.''

kemarilah, Shaina, duduklah bersamaku

malam ini hilang begitu cepat

matahari sebentar lagi akan menuliskan

tentang keindahan wajah ibumu. sinar yang mengambang pelanpelan

itu adalah ibumu

yang sedang tersenyum melihat kita.

Mendekatlah, shaina

Shaina, kamu begitu indah,sayang...

Saturday, December 3, 2011

MALAM

malam, kini hanya ada pelita kecil
Dari lilin kecil
adakah yang tertinggal
Atau yang tanggal
Dari biji doadoa yang
belum sempat kukemas

kau pungut pagi begitu jauh
dan menyarangkannya di balik sauh
Adakah crita kecil yang belum kau
Tamatkan sebelum tidurku,
Adakah detakdetak jantung paling
Gemuruh ditelingaku

Malam,
akulah kreta yang terpenjara
membawa dengung pluit panjang
Menusuk kotakota paling ramai
adakah aku sebagai rumah paling damai
Atau sekedar gerbong usang
sebagai pengantar?


Friday, November 18, 2011

Sawangsawang



waktu terus berjalan melampaui bayangbayang yang hendak digapai. kita bagai layanglayang mengambang menembus bongkahan awan hitam; muncul dan seperti ada, lalu menjadi kecil dan hilang ketika awan kembali menelan.

Sawangsawang menorehkan sesuatu di lembar malam, mereka yang segera patah lekaslekas menyuling airmatanya menjadi serpihan kecil dalam sejarah hidupnya. Sawangsawang menusuk telinga diamdiam ,kadang berubah menjadi lagu nenabobo bagi setiap yang terlelap.

esok pagi apa yang ia temui?

Thursday, November 3, 2011

Kota Baru

------ Starla

Musim hampir menepi,kekasihku

adakah yang kita catat di peralihan musim ini? ataukah penghujan kali ini membawa banyak rahasia. gerimis meninggalkan mendung diwajahmu, karena isyarat yang kau nanti tak juga tiba. Di punggung purnama sejarah akan retak, lahirlah pulau kecil di sudut-sudut kota: kita tinggal didalamnya , menunggu lahirnya mimpi kita.

Hei, kita tlah mencuri dongeng si anak belia, dan menjadikannya lilin dirumah tua. Kau selalu tertawa ketika terangnya mulai berlayar, dan menangis ketika lilin itu menebas tubuh yang kita bawa.

Kekasihku, kelak kuciptakan pulau baru untukmu, dengan dsain baru.

Di sana ada lembah-lembah, gunung-gunung, dan padang golf.

jika pagi tiba, matahari segera telanjang lalu menyetubuhi anak-anak kita yang sedang bermain.

Dan sejarah akan berhutang pada kita dari kesangsian yang pernah ada.

Friday, October 28, 2011

Ketika Neogi dan Elain, Lalu Tertawa Bersama

Neogi Arur

Di sinikah labuhanya
Suara-suara merdu
Menyanyikan Rindu-Rindu sendu
Jawablah, sebab pencarianku telah dekati nisan
Seribu anak gembala yang di terjang banjir bandang petang tadi
Benarkah di sini

seseorang berbisik ketelinga batinku. samar-samar aku bisa mendengar suaranya. sembret tapi cukup menarik. dia ! yah dia. dia yang biasa disebut Nugi. profesinya sebagai penyair tlah membentuk karakter, tubuh; telinga, rambut, hidung, mata, dan organ tubuh lainnya seperti puisi. sehingga siapa pun yang dekat dengannya akan terbawa oleh pengaruh kepenyairannya. tak terkecuali denganku.


Rangga Umara Nh

ya, di sini !
Di sini tempat orang-orang menyesatkan diri dalam rahasia
Di sini tempat memfosilkan kata dari sang penyair, lalu
menjadi puisi ketika ia tak mempu memberi nama pada gelisahnya sendiri, Lalu
Menjaring lebih banyak kemungkinan realitas hidup
bagai kupu-kupu yang tak lagi kerap mengepak
Atau mengepak hanya sebatas sarang laba-laba

HA HA HA
Tertawalah setelah itu.

Jawabku melalui bahasa bathin pula. aku tidak tahu, saat itu aku sadar atau sedang tertidur ketika ngobrol dengannya. tapi peristiwa itu seolah nyata, dan disaksikan oleh diriku sendiri. ntah kenapa di sisi lain itu seolah tak pernah ada.


"so sweettt," seorang gadis berkrudung abu, senyam-senyum datang memuji dari keindahan bahasa yang barusaja dilontarkan oleh Neogi. namanya Elaine Firdausza
apakah kata-kataku tak cukup indah baginya? pikirku dalam hati. ah sudahlah!


"Pake gula sih, hehe," Neogi Arur menyambut Elain, dengan nada genit sambil membetulkan rambutnya yang krebu kayak bulu jagung jawa.

dari situ aku bisa menbak kalau mereka ternyata sedang fall in down, eh fall in love maksudku hehe


Elaine Firdausza
"wew, sang penyair ngumpul..duduk manis ah :d"

"monggo, tapi kopiku jok di ntekno yo? Hehe" jawabku

Elaine Firdausza
"jangan kwatir, kopinya buat kalian berdua. El ndak boleh minum kopi :d"

Neogi Arur
"Wkaka Rangga Ndak ngopi mba, coz dia udah ireng." timpal Nugi sembari mencibirkan bibirnya. sepertinya dia cemburu.


Neogi Arur
Ah, Ilalang belumpun Kering
Masih bersedekap dengan basah
Sedang suria keburu pergi
Terlalu berat kesedihan di tanah ini
Tempat Kita mengcangkul sawah
Serta menyemai benih

Lalu guliran waktu
Yang memasakkan keringat
Sampai panen tiba

ialah realitas membuat jenuh
Ketika tangkai ke tangkai bunga padi
Lebih memilih tanah merah
Anak-anak gembala yang terpendam


Rangga Umara Nh

Jadi ingat seorang wanita
Ia mematangkan tujuh matahari di lengannya.
Wajahnya sendu, matanya kelabu dengan bulubulu ranggas,
menatap tanah kelam sambil menunggu mimpi di kening anaknya
"tepi ini adalah tengah, tengah adalah tepi. berapa bintang yang harus kau ulangi hitung,nak.
tetap saja takkan benar."

Lalu anak gembala menanggalkan galah di tangannya ,"persetan dengan bintangbintang," umpatnya.
Lalu ia kembali membatik langit tanpa canting.


Neogi Arur

Lalu lelaki tua sebrang jembatan
Memilih membuang ingatanya
Ke kali-kali, suatu tempat yang amat di benci waktu
Sebab tubuhnya selalu bisa membendung
Daki, berak, sampah sampai mayat
Untuk sekedar menjamah moleknya lekuk tubuh gadis telanjang
Yang untuk kesekian kali di setubuhi
Oleh lelaki tua itu
Dan waktu selalu terpaksa berlari cepat
Bahkan untuk melambatpun tak sanggup

Sedang Kita masih termangu
Menanam kayu randu
Dari kebencian
Bukankah �a anaknya
Dua kebencian telah mengundang
Kesumat yang lain
Dan telinga
Kita telah tersumbat

aku tertawa terkekeh. Elain pun ikut terkekeh. disul oleh Nugi, lalu kami pun tertawa bersama
ha ha ha ha ha


Sunday, October 16, 2011

Segelas Kopi Hitam

Arter Panther Olii

mari pecahkan kopi hitam di gelas ini

asap rokok mengarak bongkahan-bongkahan kecil
dalam kepalaku

kukisahkan kisah kecil untukmu;
tentang kesetiaan, tentang anak burung yang lekas disapih,
pabrik-pabrik berkeliaran di otakku

belati apa yang sedang kau asah malam tadi?
ketika seluruh rasa belum siap kau tikam.

Sudahlah... itu hanya cloteh kecil.
kopi kita masih setengah. Mari teguk kembali

Setelah semua tiada, kita menangis lalu tertawa.

malamku mulai betina. kita setubuhi bersama sampai sekarat
berita apa yang lebih sadis nanti
Ketika loyalitas menjadi kesia-siaan?

Kapal Kecil dan Tentaranya

kau pergi

dengan sebongkah lara di hatimu

meninggalkan

tentara kecil di dermaga bisu

semoga tak ada yang sangsi dalam pelabuhanmu

berlayarlah kapal kecil...

menembus batas di mana tubuhmu menjadi bias

lalu hilang pada barisan terahir ombak

yang tak berhenti meriak

ada tentara kecil membirukan namamu

saat senja mulai hilang

barlayarlah kapal kecil...

inilah puisi terakhir

mengiringi pelayaranmu

dari dermaga yang pernah melarung

tangis dan tawamu.

tentara kecil merawat luka

dengan selayar kisah dan tawaku.

Wednesday, August 17, 2011

Rela, Demi Lahirnya Sebuah Nama

Sepi tak juga habis kutenggak

Malam mulai letih menyabitkan tubuhnya

Di tepi awan berarak

Mungkin kau mengira aku telah lelah mencari tubuhmu di antara ribuan bintang, hingga kau memintaku tuk hapus semua jejak yang pernah kita cipta, dan menguburnya diam-diam

Kau adalah bintangku dan akulah rembulanmu, seperti pintamu saat itu. Ketika itu tak ada waktu berjalan lebih cepat selain saat kita bertemu, selain saat kita bersama. Musim-musiam melahirkan semi di matamu, juga mataku, seramai binar yang kita kejapkan.

Tibalah kini pada waktu-waktu paling menakutkan : kadang merayap lamban di dinding-dinding malam dan menggiring nama kita samapai ke ujung pagi, kadang melesat begitu saja hingga tak menyisakan kabar apa pun tentangmu.

Ntah di mana rumah kita sebenarnya?

Aku benci pada rindu yang hanya kumiliki sendiri, kekasihku.

Namun, aku harus belajar rela kehilanganmu walau sebenarnya tak pernah ikhlas. Torehlah dadaku lebih dalam, agar kemarau di matamu cepat usai, agar tunai semua beban yang menggrogoti pundakmu, dengan begitu, kita menjadi dermaga bagi segala kepergian dan, muara bagi semua kepulangan.

adakah nama kita kembali terlahir?

Kota sunyi 2011

Monday, August 8, 2011

Willing because of waiting of the name life

Willing because of waiting of the name life


it's quiet never be

the night is going to be tired cutting down its self

on the side cloud

maybe you think that I have been tired looking for you self around the fate until you ask me to erase all your trailing where ever creating and buries it quitely.

you are my star and i'm your moon as your asking in first time. in that time there was opportunity walking faster except when we meet and when we gather.

season by season create something huge in your eyes, my eyes

arriving some dangerous time. sometimes it creep slowly on the wall and carries our name until a morning appears. sometimes lost its self without any news about you.

where's our house exactly ?

a hate on missing that only I have alone, my love.

however, I must learn more you losing although I am never willing. create my chest deeply in order a hurt in your eyes gone soon, in order all heaviness that on my neck can be lose. thus, we are a pier for all gone and a estuary for all coming back.

is there our name coming again?

quiet country 2011

Saturday, July 23, 2011

Sang Pelaut

Sang Pelaut



Kau bertanya tentang jaring dan kail di lenganku

Kau bertanya tentang musyafir malam seribu.

Itulah aku.



Kau bertanya tentang anak yang menggiring badai

Menjadi teman, dan laut sebagai rumah.

Itulah aku.



Aku terus mengayuh prahu ini sampai ke ujung purnama

di sana tempat malaikat-malaikat tertanam, katanya

di sana tempat malaikat-malaikat menyihir negri menjadi lakilaki.



Aku terus mengayuh prahu ini sampai negriku tak kau kawini

Sampai nyata laut bergaris adalah milik kami

Sampai nyata pulau ini tak terjual lagi.



bandung, 2011

Wednesday, July 13, 2011

UNDANGAN IKUT ANTOLOGI PUISI BERTEMAKAN SOSIAL/ KEMANUSIAAN

UNDANGAN IKUT ANTOLOGI PUISI BERTEMAKAN SOSIAL/ KEMANUSIAAN

KOMUNITAS RADJA KETJIL Jakarta mengajak dan mengundang para penyair di mana saja, pria wanita semua golongan/ kalangan dan segala usia untuk ikut bergabung dalam sebuah antologi puisi bertemakan sosial/ kemanusiaan yang direncanakan terbit pada awal tahun 2012.

Para penyair dipersilakan mengiirim sebanyak 10 (sepuluh) puisi yang akan diseleksi oleh tim editor yang ditunjuk. Panjang setiap puisi maksimal 50 baris.

Para penyair yang karyanya terpilih/ dimuat dalam buku, akan mendapat nomor bukti sebanyak 5 (lima) eksmplar buku.

Silakan kirim karya terbaik Anda, ke email: adri.darmadji@yahoo.com, paling lambat sudah harus diterima pada 31 November 2011. Jangan lupa, sertakan juga biodata dan foto terbaru Anda.

Salam sastra!

Adri Darmadji Woko, Dharmadi, Dharnoto, Handrawan Nadesul, Kurniawan Junaedhie, Oei Sien Tjwan, PrijonoTjiptoherijanto & Rahadia Zakaria

Saturday, July 9, 2011

SALAHSATU CARA AWET MUDA PALING EFEKTIF HALSIL PENELITIAN DUNIA


..

.
.
...
.....
......
.........
..................
.......................
................................

Atikel belum jadi hehe

Friday, June 10, 2011

Ode Bagi Pakaian

Ode Bagi Pakaian

Engkau, pakaian-pakaian yang
menanti setiap pagi, di atas kursi,
Engkau yang mengisi dirimu sendiri,
dengan kepongahanku, cinta kasihku,
harapanku, dan tentu dengan tubuhku.

Begitulah, setelah
bangkit dari lelap,
lalu kulepaskan air,
maka kumasuki lenganmu,
dan kakiku mencari di
lorong-lorong kakimu,
dan kemudian terangkul erat
dalam kesetiaan engkau yang tak berbatas
aku pun bangkit menjejaki rumput itu,
memasuki puisi,
meninjau ke saujana jendela,
ke semesta benda-benda,
para lelaki dan wanita-wanita,
seluruh tingkah dan segala pertarungan,
terus membentuk aku,
terus memaksaku menghadapi apapun
menggerakkan tanganku,
membelalakkan mataku,
mengangakan mulutku,

Dan wahai
pakaian-pakaian,
aku pun juga membentukmu,
memperlebar bagian sikumu,
merapikan benang jahitmu,
dan hidupmu pun mengembara,
hingga ke imaji hidupku.

Di angin
engkau kumal dan rantas
seperti engkaulah jiwaku,
di saat yang buruk,
engkau memagut erat
tulang-tulangku,
kosong, hingga malam,
kegelapan, kembali lelap
lalu datang mereka: hantu-hantu
sayapmu dan sayapku.

Kusangka,
kelak jika suatu hari
ada sebutir peluru
dari seorang musuh
akan membasahimu dengan darahku
lalu
engkau mati bersamaku.
Atau kelak di hari lainnya,
bukan dalam senyap
tapi begitu dramatik
dan sederhana,
engkau akan jatuh sakit,
wahai pakaian-pakaian,
sakit bersamaku,
menua bersamaku, bersama tubuhku
lalu kita menyatu
lalu kita memasuki
bumi.
Karena itu,
setiap hari
aku menyapamu
dengan sedalamnya hormatku, lalu
engkau erat memelukku, aku melupakanmu,
karena kita sesungguhnya satu
dan kita akan senantiasa
menantang angin, menantang malam,
di jalanan, dalam pertarungan,
tubuh yang tunggal,
hari yang tunggal, satu hari nanti, ketika hanya ada sunyi.

~Pablo Neruda

Sunday, June 5, 2011

Penafsiran di Bawah Hujan

Di bawah hujan ini aku menafsir tentang banyak hal: Tentang malam yang tak pernah mampu menepikan sunyi, tentang awan yang tak lelah meretaskan hujan, tentang hujan yang menghidupi segala yang hidup, dan tentang jalan yang sampai kemana akan membawaku?

Di bawah hujan ini kususuri trotoar demi trotoar, lalu lorong-lorong gelap, yang tak pernah kutahu apakah secercah cahaya di ujung sana menantiku? Aku tak peduli apakah jalan ini menyesatkan aku dalam rahasianya. Yang kutahu adalah bagaimana membawa jiwaku pada rahasia yang tak pernah dijanjikan oleh Tuhan sekali pun. Seperti saat ini, aku tiba pada sebuah jembatan yang begitu sepi, gelap dan sunyi. jembatan yang tak pernah memetakan garis nasibku atau usiaku. Aku menangis diam-diam, ketika kanyataan menyodoriku satu nasib yang tak dapat kugali dalam rahasianya. Namun, haruskah kuratapi luka yang pernah dan akan singgah dalam hidup ini, sebab betapa banyak orang ingin meratap jika dengan meratap akan membuat orang lebih baik?



Karawang 05/06/ 2011

Wednesday, June 1, 2011

Bersulang di Tepi malam



Malam mengantar gelisah.

Di kaki langit gerhana bulan

Melantunkan lagu kengerian.

Di tepi malam ini mari bersulang

Sebelum resah itu benara-benar menulang.

Tuesday, May 10, 2011

Makan yuk....?

"asyik ya, jadi kangen pada kita-kita yang masih jadul di pesantren doeloe! rul, kapan-kapan kita bikin acara makan-makan di pesantren kita dulu yuk...?" ucap hariyanto, yang makan sambil jongkok, yang sekarang menjadi salahsatu pengasuh pondok pesantren Paiton.

lekas-lekas aku menjawab:" oke! kamu yang traktir semua ya?"

"setuju......!!!" sahut teman yang lain.

tambah lage....

Friday, May 6, 2011

April yang Lelah

Mei, kini ku berziarah di kotamu.
pergilah April yang lelah
di gelisah waktu ini
sejarah memulangkan
segala ketiadaan

Jakarta, 05-11

Saturday, April 30, 2011

Cerita Bulan April

di ujung jalan sana kau temukan tawamu
setelah banyak tahun kau genggam bagai bara

lhatlah, matahari kita masih belia
jadilah langit terinda baginya

Sunday, April 24, 2011

Cerita kecil

Ku lihat lelaki tua di persimpangan. Ia menggendong bundelan kecil di punggung rentanya. Wajahnya lelah. ada sinar teduh terpancar di wajahnya. Pelan-pelan kudengar suara dari bibirnya :"sudah sering aku mempertahankannya, demi anak cucuku. tapi terlalu lama aku harus bersabar. Selama senja akan menyingsing, selama fajar tak lelah terbit, aku terus mengikuti kemana jalan ini membawaku. Jangan kau tanyakan tubuhku yang ganjil, aku ingin jadi yang suci bagi anak2ku. Bagi cucu2ku."

Friday, March 25, 2011

Starmoon=RINDU

Moon=
malam ini kuingin meneguk wajahmu
Saat ku dahaga akan hadirmu
Denyut jam di dinding
Menjadi srapah paling menyeramka
Di malamku
Saat tiadamu
Menikamku begitu dalam

Star=
Memori indah mengukir rindu
Berdarah
Menitik perlahan
Tetesan merah
Melemah.
Malam merajam diamdiam
Luka
Tak perduli ku sibuk menjahit
Yang tercabik
Asa!

Sunday, January 9, 2011

Ketika Manusia Muak Pada Yang bernama Puisi

Tuhan, jadikan aku paling hitam diantara yang hitam

Aku bukan siapa-siapa dengan segala kehitaman ini

mungkin malam ini telah membuatku mati, tuhan

tapi usah risaukan kematian ini

bukankah aku telah terbunuh sejak lama?

Satu lagi ku pinta padamu, tuhan

Jadikanlah hidup ini puisi

Ketika manusia telah muak pada

Yang bernama puisi

Izinkan aku menjadi hambaMu

Ketika manusia telah sibuk menjadi

hamba duniawi

Jakarta-Bandung,MGI 08/01/11