Manisku...
Aku hanya ingin melangkah, bukan untuk pergi, bukan juga menjauh.
Aku hanya ingin mencari tempat persinggahan untuk berbagi resah dengan pulau mungil di tepi pantai kedamaian, dimana disana dapat kutemui segenggam senyum, secanting nira kebahagiaan yang juga membuatku berdansa sembari pegangi jari jemari harapan. Lalu pergi sambil berucap:
Terimakasih hai seikat waktu, kau telah memberiku se-laut kedamaian. kini kubawa sekantong keberartian hidup di punggungku yang basah oleh luruh airmata, untuk cintaku.
Aku ingin berhenti disaat ku temukan dermaga sunyi, yang langka dari tapak-tapak pijak keegoan diri. Disana aku akan tahu, ketika diri lelah, ketika harus sadar dimana aku harus lelap di suatu tempat; dan berhenti tanpa menyeru letih.
Manisku...
Aku akan berhenti dan kembali pada suatu hari, suatu saat dimana lorong waktu akan membawaku pada satu kehidupan yang terang, atau pun kematian. Aku akan kembali pada suatu masa ketika malam yang paling sunyi tiba dengan sepenggal cahaya walau tak begitu purna. Di sanalah kita saling mendekap, memeluk jiwa yang selama ini hilang kembali dengan selangit kerinduan. Dan kita bersenda di peraduan yang sama, memasak airmata keharuan di tungku-tungku lama yang setia menunggu di sudut ruang kehampaan hati yang berkali-kali menubi.
Aku pasti kembali manisku...
Kota mungil 01 April 010
No comments:
Post a Comment