Kampungku menangis
Dadanya luka
Jembatan memanjang diam-diam
Merobek dadanya begitu kejam.
“O, malam, kepadamu aku bertanya,
kemana kucari budaya
Yang kian hilang bersama timah dan
Minyak tanah yang terjual?”
Duh, masih adakah keceriaan dulu
Dimana bocah-bocah menghijaukan tubuhnya
Di pematang sawah, di ladang-ladang
Kemudian lelap dengan dongeng yang belum usai
di ceritakan
Sore tadi
Kampungku menangis
Ia tak mampu menjaring wajah-wajah asing yang
Gemar melarutkan isi perutnya
Ia tak mampu mencegah
Rumah Tuhan jadi sunyi, sekarat dan, mati.
Lindungi.
Jakarta, 2 Nov 2010
Dadanya luka
Jembatan memanjang diam-diam
Merobek dadanya begitu kejam.
“O, malam, kepadamu aku bertanya,
kemana kucari budaya
Yang kian hilang bersama timah dan
Minyak tanah yang terjual?”
Duh, masih adakah keceriaan dulu
Dimana bocah-bocah menghijaukan tubuhnya
Di pematang sawah, di ladang-ladang
Kemudian lelap dengan dongeng yang belum usai
di ceritakan
Sore tadi
Kampungku menangis
Ia tak mampu menjaring wajah-wajah asing yang
Gemar melarutkan isi perutnya
Ia tak mampu mencegah
Rumah Tuhan jadi sunyi, sekarat dan, mati.
Lindungi.
Jakarta, 2 Nov 2010
- jembatan memanjang: Suramadu
No comments:
Post a Comment