Saturday, February 18, 2012

Pantai Mimpi II

apalagi yang hendak kularung malam ini

Pagi segera menjemputku

inikah pantai mimpi yang pernah kita namai?

Kapal-kapal berdiri gagah dengan Nahkoda

Berwajah asing. Di tepi pantai berderet

Para nelayan dari banyak usia

Jala-jala direntangkan. Merah mega

telah tenggelam sore tadi. Para nelayan

memerahkan mimpinya pada petromak dan perahu kecil.

Sejenak aku diam, mencari tempat di mana kusandarkan sekoci kecilku? tempat ini masih tertanam rapih dalam ingatanku. Tapi tempat ini sudah banyak berubah. dermaga mimpi ini dulu banyak terbuat dari bambu dan kayu, itupun hanya untuk menambatkan perahu-perahu kecil. bukan KM Pelni, KM Lauser, atau Seaborn Legen. Kapal pesiar asal Amerika Serikat ini.

''Hahhh... Aku benci manusia, mereka sangat brutal tapi sebenarnya lemah'', ingat betul kata-kata jin iprit seblum berhasil taklukkan di negri matahari.

Sesaat kularikan pandanganku ke arah utara di mana teronggok batu besar dan derap ombak yang menerpanya. Hanya inikah yang tersisa, setelah di sekeliling bercokol bangunan pencakar langit yang tak pernah kutahu itu milik siapa? Hmmm... di atas batu itulah dulu kami banyak menghabiskan waktu. Menerbangkan lagu-lagu dengan suara yang kami anggap merdu. Riak-riak ombak mengiringi dengan merdu. Sambil bersandar di dadaku ia menggelungkan lengannya di tubuhku. Starla ! Kaulah mimpi indahku... Angin laut makin dingin; tajam menusuk tulangku. Cendawan putih masih erat kugenggam. Darinya ada pancaran terang, mungkin efek dari sinar rembulan yang menerpanya. Siapakah anak kecil yang memberikan cendawan putih ini tadi? Ia pergi sebelum sempat kutanya siapa namanya.

Bersambung...

No comments:

Post a Comment