Thursday, February 9, 2012

Nabi Paling Sepi

rindu adalah kengerian pada setiap awal dan ujung tidurku.
pesta menjadi igauan paling mengerikan, sebab tlah kau mulai pesta baru.
Kita pernah menamai waktu sebagai rumah impian yang tertinggal. Namun, semua itu bagai kubang kepedihan bagi anakanak tertinggal di medan perang kini. Duh, begitu jauh kusandra setiap luka demi tawamu? Meski kau tak mengerti.
Begitu sering kulari mengejar kesempatan untuk membuka jeruji yang kau anggap itu kutukan, meski tak pernah kau dengar.
Shaina! Perempuan kecil yang pernah kita namai. ia membawa cendawan kecil berwarna putih. Menembangkan kisahkisah dari sorga sembari melayarkan senyum paling indah. Ah ternyata itu hanya penggalan mimpi yang datang malam tadi. Shaina hanya peri kecil yang tak pernah lahir. Sebab rahim tempatnya tumbuh tlah kering, serupa danau tercuri kemarau beribu tahun.
Maafkan aku Shaina, ibumu tak bersalah, itu karena aku yang tak bisa menjadikannya ibu.
kisah apa ini sebenarnya? Ini bukan kisah laila majnun, yang tertulis pada lembarlembar sejarah. Tapi aku akan menulisnya, meski kutahu kau takkan membacanya.
Kisah apa ini sebenarnya? Akankah berupa wahyu yang bersabda :''belah laut dengan tongkatmu''. Tidak! Sebab aku bukan musa. Akankah ini isyarat :bahwa cinta sejati segera datang padaku? Tidak! Sebab aku bukan Majnun di masa Laila. Aku adalah nabi paling sepi, tanpa umat, tanpa siapasiapa.
Kisah apa ini sebenarnya? Aku tidak tahu; akankah namamu menjadi tokoh pada setiap tulisanku, atau ini akhir dari segalanya?

No comments:

Post a Comment