Tuesday, May 17, 2016

PERTEMUAN TERAKHIR

Add caption
''oh Tuhan...'' Jeritku. Sebuah sedan biru metalik berdecit lalu menghantam bagian belakang truk yang sedang parkir di jl. Tegalega.
Suara dentum menggelegar. aku segera berlari mendekati kejadian. Begitu juga orang-orang. Sebentar saja sudah berkrumun. sepasang lelaki dan perempuan berlumuran darah, dari kepala wajah, bahkan hampir seluruh tubuhnya. Samar-samar aku seperti ingat wajah si perempuannya, tapi entah siapa dan di mana aku mengenalnya. Lagian waktu masih pagi buta dan darah yang menutupi hamper seluruh wajahnya.
Pagi masih lengang. Kendaraan tak begitu banyak melintasi jalan tegalega pada pukul 04 pagi. Polisi tak juga datang. kubopong dua pengendara sedan malang itu secara bergantian dibantu dua lelaki dan satu ibu-ibu ke dalam angkot cicadas gedebage menuju rumah sakit. 5menit kemudian kami sampai di UGD immanuel. Petugas rumah sakit sibuk membawa rmeja roda berisi peralatan medis, lalu memasang alat oksigen dan selang infus di tubuh lelaki dan perempuan malang itu. Aku masih berdiri geming menatap keduanya.
''Anda keluarganya?'' tanya seorang dokter.
''bukan. Tadi, pagi sekali aku mau cek barang di pasar, kebetulan di jalan melihat kejadian ini''
''lalu bagaimana ini? Mereka sangat kritis, harus diambil tindakan intensif'' lanjut dokter.
Aku bingung. Tapi nyawa lebih dari segalanya yang harus diselamatkan. lelakinya kejang-kejang dan nafasnya tersengal. Berbeda dengan perempuannya yang terkulai diam. Nafasnya perlahan seperti hanya detak jantung saja yang tertinggal. beberapa perawat sedang membalut luka-luka dan membersihkan darah yang membajiri wajah mereka.
''anggap saja aku keluarga mereka. Aku yang bertanggung jawab semua biaya mereka dok''
Dokter mengangguk dan menulis secarik kertas resep.
''tolong beli 2 penyangga leher di apotek depan.''
tanpa babibu aku ambil kertas resep itu lalu meluncur mencari apotik rumah sakit. apesnya, petugas apotek bilang kalau ukuran penyangga itu satunya lagi kosong. Petugas menyarankan ke apotek lain. Dengan sepeda motor aku muter-muter mencari apotik sambil mengingat ingat siapa perempuan itu. Kenapa dia seperti aku kenal dekat, bahkan sangat dekat. Di beberapa apotik pun tidak ada ukuran penyangga yang dimaksud sampai akhirnya beberapa jam berlalu aku mendapatkannya di RS Hasan sadikin.
Cepat-cepat aku memacu motorku kembali menuju RS Immanuel. Sampai immanuel aku langsung menuju ruang UGD. Tapi tak kutemukan mereka. seorang suster tergopoh-gopoh menghampiriku dan memberi tahu kalau laki-laki yang belum kuketahui namanya itu telah tiada. Dia kembali kepada sang Esa dengan tenang. (Innalillah wainna ilahi rojiun) Sedang perempuannya berada di ruang ICU. Setelah menyerahkan kantong plastik berisi dua penyagga leher pada suster, aku duduk di ruang tunggu ICU. Beberapa menit kemudian seorang suster kembali menghamipriku lalu menyerahkan sebauh dompet kulit hitam dengan bercak darah kepadaku. ''ini kami temukan di pakain bapak yang meninggal'' katanya sebelum ahkirnya berlalu. Perlahan kubuka. Beberapa uang ratusan dan limapuluhan ribu terselip rapih. Kemudian kutemukan lagi KTP atas nama Prastyo Samapta. Lalu sebuah kartu nama berlogo salahsatu Bank, atas nama Bintang Larasati, dan tertempel pas poto 2x3. Meliahat nama dan foto di kartu itu aku tersentak. Ribuan petir menghantamku. Jantungku berdetak kencang seolah puluhan gunung mengganjal di dada. Kringat dingin mebasahi tubuh. Begitu juga darahku, berdesir mengaliri seluruh sendi-sendi yang lemah. Aku tak berdaya. Tubuhku lemas seolah otot dan syarafku tak mampu lagi menggerakkan tubuhku. Aku benar-benar terpukul menghadapi kenyataan ini. Tuhan, kenapa semua ini bisa terjadi. Dunia ini begitu kecil rasanya. Tuhan, aku hanya ingin dia bahagia. Bahkan aku sanggup berkorban apa pun demi kebahagiaannya. Lalu, bagaimana dia menghadapi kenyataan ini, setelah tahu bahwa suaminya telah tiada. Dia pasti sangat terluka. Padahal Kau kirim laki-laki untuk kebahagiaannya, Tuhan. setelah sekian lama ia terluka, Kau pertemukan dia dengan seseorang sebagai pengobat lukanya, dan dia bahagia. Namun kini Kau mengambilnya kembali. .
''Krak'' seorang dokter keluar dari ruang ICU. setengah berlari aku menghampirinya dan bertanya bagaimana keadaan perempuan itu. Bagaimana keadaan Bintang?
''tenang, Mas. Dia sudah siuman. Tapi saat ini dia sedang tidur. Saya udah berikan suntikan penenang untuknya. 30 menit lagi mas boleh menemuinya'' Kemudian dokter itu pergi. Aku kembali ke kusri tunggu dengan tubuh lesu dan cemas. Sambil menunggu 30 menit aku coba menghubungi nomor yang tertera di kartu nama bintang. tapi tidak ada yang mengangkat. Begitu juga dengan nomor poselnya. Usaha terakhir hanya bisa via sms. Namun tetap tak ada balasan.
30 menit berlalu sangat lambat, meski tiba pula. Satpam penjaga memperbolehkan aku masuk ke kamar ICU. Dengan cepat namun hati-hati aku masuk. Kemudian akulihat sosok perempuan terbaring lemas di atas ranjang besi dan selembar kasur tebal yang sedikit melengkung. Kali ini tubuhnya bersih berbalut kain hijau. Hanya sebuah perban menepel di bagian lengan dan kepala. selang oksigen tertanam di hidung. jarum selang menancap di tangan, juga beberapa selang lain yang tak aku kenal namanya menempel di tubuhnya. Bibirnya terkatup, begitu dengan matanya. Nafasnya mengalir teratur. Dia masih tertidur.
Bintang, kamu masih seindah dulu. Kamu masih secantik dulu. Bertahun-tahun kita terpisah, sekali bertemu kamu dalam keadaan seperti ini. perlahan aku duduk di sampingnya sambil menatap lekat wajahnya. Wajah yang tak asing lagi di benakku. Wajah ceria dan mata teduh simbol keindahan ciptaan tuhan yang sempurna. Rambutnya terurai hitam. ingat waktu itu, aku minta ijin meng-uplod potonya yang tanpa hijab, tapi dia melarang dengan berkata ''apa kamu rela orang lain meilihatku tanpa krudung? Rambutku hanya boleh dilihat sama kamu''.
Cincin itu! Cincin perak yang pernah aku beli di mall ci bubur dulu masih ia kenakan di jari manisnya. Bagaimana mungkin dia masih mengenakan itu, sedang dia telah bersuami? Ingin sekali memeluknya, menyeka rambut indahnya, namun aku tak memiliki keberanian untuk itu. Dia sudah milik orang lain.

No comments:

Post a Comment