Wednesday, August 17, 2011

Rela, Demi Lahirnya Sebuah Nama

Sepi tak juga habis kutenggak

Malam mulai letih menyabitkan tubuhnya

Di tepi awan berarak

Mungkin kau mengira aku telah lelah mencari tubuhmu di antara ribuan bintang, hingga kau memintaku tuk hapus semua jejak yang pernah kita cipta, dan menguburnya diam-diam

Kau adalah bintangku dan akulah rembulanmu, seperti pintamu saat itu. Ketika itu tak ada waktu berjalan lebih cepat selain saat kita bertemu, selain saat kita bersama. Musim-musiam melahirkan semi di matamu, juga mataku, seramai binar yang kita kejapkan.

Tibalah kini pada waktu-waktu paling menakutkan : kadang merayap lamban di dinding-dinding malam dan menggiring nama kita samapai ke ujung pagi, kadang melesat begitu saja hingga tak menyisakan kabar apa pun tentangmu.

Ntah di mana rumah kita sebenarnya?

Aku benci pada rindu yang hanya kumiliki sendiri, kekasihku.

Namun, aku harus belajar rela kehilanganmu walau sebenarnya tak pernah ikhlas. Torehlah dadaku lebih dalam, agar kemarau di matamu cepat usai, agar tunai semua beban yang menggrogoti pundakmu, dengan begitu, kita menjadi dermaga bagi segala kepergian dan, muara bagi semua kepulangan.

adakah nama kita kembali terlahir?

Kota sunyi 2011

1 comment: