Ayat Ganjil Terpahat di Punggung Batu
Ku eja ayat ganjil terpahat di punggung batu
yang merajah enam gunung abadi
ku tadahi tujuh langit retak di sudut
mataku yang hujan
hanya ayat itu deras mengalir di sujudku
srigala hitam berlarian di satusatu bulu mata,
melantun kidungkidung sihir dengan lolong panjang,
mengintai tumbal untuk persembahan
di hari penghitungan
entah jiwa siapa yang mati?
yang lena, maka dia yang tidur
yang tidur, dialah yang mati
dengan nama-Mu, yang ku hitung di tiap ruas jari
tunjukkan aku ke Jalan lurus-Mu.
Bandung 06-02-2010
Ku eja ayat ganjil terpahat di punggung batu
yang merajah enam gunung abadi
ku tadahi tujuh langit retak di sudut
mataku yang hujan
hanya ayat itu deras mengalir di sujudku
srigala hitam berlarian di satusatu bulu mata,
melantun kidungkidung sihir dengan lolong panjang,
mengintai tumbal untuk persembahan
di hari penghitungan
entah jiwa siapa yang mati?
yang lena, maka dia yang tidur
yang tidur, dialah yang mati
dengan nama-Mu, yang ku hitung di tiap ruas jari
tunjukkan aku ke Jalan lurus-Mu.
Bandung 06-02-2010
No comments:
Post a Comment