I.
Matilda, nama dari tanaman, atau batu, atau anggur,
dari yang dilahirkan bumi,
dan kekallah kata milik ia yang subuhnya beranjak,
ia yang musim panasnya meretaskan kemilau jeruk-jeruk sitrun.
Di dalam nama itu perahu-perahu berlayar
dikepung kobaran biru lautan,
dan huruf-hurufnya adalah air sungai
yang mengaliri hatiku yang terbakar.
O nama yang telanjang di bawah rambatan daun anggur
bagai pintu terowongan tak dikenal
menuju keharuman dunia!
O serbu aku dengan mulutmu yang membara
tanyai aku, jika mau, dengan sepasang matamu yang malam,
tapi di dalam namamu, biarkan aku berlayar dan tidur.
II.
Cintaku, betapa panjang jalan menuju sebuah ciuman,
betapa sunyi pengembaraan menujumu!
Bersama hujan kita ikuti kereta-kereta itu meluncur.
Tak ada fajar di Taltal, tak juga musim semi.
Tetapi kau dan aku, cintaku, kita bersama,
dari pakaian hingga akar kita bersama,
bersama di musim gugur, di dalam air, di pangkal paha,
hingga kita benar-benar bersama, hanya kau, hanya aku.
Memikirkan upaya sungai yang membawa
begitu banyak batu, delta perairan Boroa,
memikirkan kita yang terpisah oleh kereta dan bangsa
kau dan aku hanya harus saling mencintai,
dengan seluruh kebingungan, para lelaki dan perempuan,
bumi yang menanam pohon-pohon anyelir dan merekahkan mereka.
Pablo Neruda
No comments:
Post a Comment